Minggu, 23 Agustus 2015

sekelebat bayangan bersenandung



Kudengar
untuk pertama kalinya
hatiku berbisik
hatiku meminta
meminta sesuatu yang tak mungkin
yaitu nyanyianmu

Secangkir teh hangat menemaniku
dalam diam kuberpikir
anganku melayang
ku mulai berkhayal,
mendengar suaramu
berbisik syahdu menyenandungkan sepotong kalimat dari lagu itu
begitu indah, sampai tak kuabaikan satu helaan nafasmu

Secangkir teh tak lagi hangat
menyadarkanku,
bahwa aku hanya mengkhayal,
bahwa aku hanya bermimpi,
bahwa aku hanya ingin,
namun siapa aku?
apa aku bisa?

Secangkir teh yang mulai membusuk
membuatku tau
apa yang benar-benar menyakitkan
apa yang tidak seharusnya kurasa

Pagi berganti senja
semut-semut kecil mengelilingi secangkir teh
membuatku jenuh,
senandungmu tak lagi terdengar
jenuh, penat aku
suaramu tidak pernah menggema,
tidak ada kenangan,
satu dua patah kata,
menyadarkanku,
kau hanya bayangan tanpa nama
yang selalu menghantuiku
di sudut pikirku.

Sabtu, 22 Agustus 2015

apa harus berdarah?

sekelebat dalam angan
aku muak, aku lelah
apa harus berdarah?
apa aku harus berdarah agar kamu mengerti?

aku memang bodoh
suka pada orang sepertimu
tapi apakah harus berdarah?
agar kamu mau tau?

masa bodoh
untuk kesekian kalinya
apa harus berdarah?
kamu tau?
tidak berdarahpun aku sakit

mungkin memang aku tidak bisa setulus yang lain
aku selalu memaksa
aku selalu menggerutu
tapi apa aku harus berdarah,
hingga kamu mau menghargaiku?
barang sedikit saja

mungkin mimpiku terlalu tinggi
aku ini apa?
aku ini siapa?
aku minta dihargai
tapi siapa yang memintaku sampai sejauh ini?

sekelebat angan,
seperti mati,
aku sadar
aku tak harus berdarah
aku saja yang berlalu berharap
aku yang membawa diriku
menginginkanmu terlalu jauh

Kamis, 20 Agustus 2015

mungkin aku salah

rapalkan mantramu sebelum tidur, mimpilah indah, haraplah saat kamu bangun semua tetap baik-baik saja.. aku tidak ingin kamu terluka, aku selalu berdoa agar Tuhan menjagamu, tetap dalam kebahagiaanmu. mungkin aku yang salah, aku terlalu serius berdoa untukmu sampai aku lupa bahwa kita bukan apa-apa.

ya Tuhan, mungkin ini semacam kelewat suka :)

coretan coretan alay :D

Aku kira aku bisa berbaur dengan mereka, tapi ternyata Tuhan menciptakan aku menjadi orang yang berbeda. Tuhan menciptakanku untuk hidup di jalanku sendiri, dengan gayaku sendiri, dengan caraku sendiri, yang bisa membuatku mencintai Tuhan atas segala sesuatu-Nya.. Bukan mencampuri gaya mereka, jalan mereka, cara mereka atau bahkan apa-apa yang mereka bicarakan.